Sunday, 8 May 2011

Perjuangan Dua Dekade Seorang Pustakawan

SUDUT belakang sekolah. Gelap, pengap, dan sunyi. Begitulah ruang perpustakaan zaman dahulu. Ditambah lagi, karakter penjaga yang sering sinis dan suka marah. Tak jarang, orang mengonotasikan perpustakaan dengan tempat-tempat menyeramkan bak di film-film horor.
Imej itu yang hendak didobrak Siti Esjah, koordinator Perpustakaan SMP 4 Samarinda. Selama dua dekade, perempuan berjilbab ini mengabdikan diri untuk memberdayakan perpustakaan. Begitu banyak kenangan dalam 20 tahun perjalanannya.
Duka terdalam, menurut ibu empat anak ini, saat kebakaran melanda seluruh gedung sekolah dan tak satu buku pun yang tersisa di perpustakaan. Memori pada 1989 silam itu masih belum lekang dari ingatannya.
“Perlu tenaga ekstra dan waktu lama mendapatkan buku-buku lagi,” kenangnya. Mulai melobi ke Dinas Pendidikan, Perpustakaan Daerah, dan penggalangan dana, pernah dia lakukan untuk menghidupkan kembali perpustakaannya. Kerja kerasnya kini telah membuahkan hasil. Sebanyak 8.557 eksemplar buku fiksi dan nonfiksi memenuhi rak-rak di ruangan bagian muka gedung SMP 4 ini.
Sejak didaulat sebagai koordinator perpustakaan SMP 4, perempuan kelahiran 1957 ini menjalankan tugasnya dari pukul 08.00 hingga 14.00 Wita. Mulai Senin hingga Sabtu. Dengan senyum ramah dan keibuan, Esjah (panggilan akrabnya) mengarahkan siswa-siswa yang mengunjungi perpustakaan.
“Anak-anak di sini mudah diarahkan. Kalaupun ada kenakalan, ya, sebatas ribut dan meletakkan buku sembarangan,” ujarnya. Menurutnya berinteraksi setiap hari dengan para siswa yang berkunjung memberikan kesenangan tersendiri. “Sering berkumpul dengan anak muda kan bisa awet muda,” candanya.
Tentang imej penjaga perpustakaan yang sinis dan pemarah, nenek delapan cucu ini mengaku, dirinya tidak setuju. “Nanti anak-anak malah tidak mau ke perpustakaan jika penjaganya menyeramkan,” kelitnya.
Menurutnya, ramah dan senantiasa menyapa pengunjung dengan senyuman akan membuat mereka nyaman dan selalu ingin menghabiskan waktu luang untuk belajar di perpustakaan.
Setiap hari, Esjah dan tiga stafnya bekerja sama menciptakan suasana nyaman di lingkungan perpustakaan. Selain itu kegiatan “menyiangi” buku juga rutin mereka lakukan terlebih ketika musim ujian berakhir dan siswa mulai mengembalikan buku pinjaman. Kegiatannya meliputi memilah-milah buku yang rusak, mengelem dan menyusunnya kembali berdasarkan jenisnya.
Esjah berharap, dengan memaksimalkan peran perpustakaan, generasi pembaca akan meningkatkan mutu pendidikan. (*/ekf)


Source

No comments:

Post a Comment